Secara
etimologis e-learning terdiri dari huruf e yang merupakan singkatan dari
eletronic dan kata learning yang artinya pembelajaran. Dengan demikian,
e-learning bisa diartikan sebagai pembelajaran dengan memanfaatkan bantuan
perangkat eletronik, khususnya perangkat komputer. Fokus penting dalam
e-learning adalah proses belajaranya (learning) itu sendiri dan bukan pada
electronic karena elektronik hanyalah sebagai alat bantu saja. Pelaksanaan
e-learning menggunakan bantuan audio, video, dan perangkat komputer atau
kombinasi ketiganya (Munir, 2009: 169).
Terdapat beberapa pengertian e-learning menurut
pendapat para ahli teknologi pendidikan. E-learning merupakan suatu jenis
belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan
menggunakan media internet, intranet atau media jaringan komputer lain
[Hartley, 2001]. E-learning (electronic learning) adalah pembelajaran baik
secara formal maupun informal yang dilakukan melalui media elektronik, seperti
internet, intranet, CD-ROM, video tape, DVD, TV, handphone, PDA, dan lain-lain
(Lende, 2004).
Salah satu
definisi umum dari e-learning diberikan oleh Gilbert & Jones (2001), yaitu:
pengiriman materi pembelajaran melalui suatu media elektronik seperti Internet,
intranet/extranet, satellite broadcast, audio/video tape, interactive TV,
CD-ROM, dan computer-based training (CBT). Definisi yang hampir sama
diusulkan juga oleh the Australian National Training Authority (2003) yakni
meliputi aplikasi dan proses yang menggunakan berbagai media elektronik seperti
internet, audio/video tape, interactive TV and CD-ROM guna mengirimkan materi
pembelajaran secara lebih fleksibel (Surjono, 2010: 4)
Dari
beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa e-learning adalah
model pembelajaran yang memanfaatkan berbagai perangkat elektronik sebagai
sarana/media pembelajaran. Perangkat elektronik yang dimaksud mencakup
perangkat hardware seperti komputer, video, tape, radio, televisi,
handphone, maupun perangkat software seperti jaringan komputer dan/atau
internet. materi e-learning tidak hanya didistribusikan secara on-line
baik melalui jaringan lokal ataupun internet, tetapi juga didistribusikan
secara off-line menggunakan media CD/DVD.
Yang
dimaksudkan dengan model pengembangan e-learning adalah pola representasi yang
akan digunakan untuk merancang e-learning sehingga dapat manfaatkan oleh user
semaksimal mungkin.
Penerapan e-learning lebih
banyak dimaknai sebagai pembelajaran menggunakan teknologi jaringan (net)
atau secara online. Hal ini berkaitan dengan perkembangan TIK yang mengarah
pada teknologi online. TIK saat ini, lebih difokuskan untuk pengembangan networking (jaringan)
yang memungkinkan untuk mengirim, memperbaharui, dan berbagi informasi secara
cepat. Keberhasilan penerapan dari e-learning bergantung pada
beberapa faktor antara lain teknologi, materi pembelajaran dan karakteristik
dari peserta didik. Teknologi merupakan faktor pertama yang mempunyai peran
penting di dalam penerapan e-learning, karena jika teknologi
tidak mendukung maka sangat sulit untuk menerapkan e-learning,
minimal sekolah mempunyai komputer. Materi pembelajaran juga harus sesuai
dengan tujuan pembelajaran, dijabarkan secara jelas atau diberikan link ataupun
petunjuk sumber pembelajaran yang lain. Karaktersitik peserta didik juga sangat
dibutuhkan karena nilai utama di dalam e-learning adalah
kemandirian.
Model Pengembangan E-Learning
Terdapat
beberapa model pengembangan e-learning. Menurut Jolliffe, dkk., terdapat
dua model utama yakni the mental model dan the cognitif
apprenticeship model.
1.
The Mental
Model (Model Mental).
The mental
models are the conceptual and operasional representations that people develop
as they interact with complex systems. Mental model are thouhgt to consist of
an awareness of the various component of a systems and are assesed using a
variety of method including problem solving, troubleshooting performance,
information retention over time, observation and user predictions regarding
performance (Jolliffe dkk, 2001: 22).
Model mental
diartikan sebagai penyajian-penyajian konseptual dan operasional yang
dikembangkan ketika orang berhubungan dengan sistem yang kompleks. Model-model
mental merupakan pemikiran yang terdiri atas kesadaran terhadap berbagai
komponen dari suatu sistem dan dievaluasi menggunakan berbagai metode termasuk
pemecahan masalah, mencari dan memecahkan persoalan, ingatan informasi,
pengamatan dan prediksi pengguna (user) terhadap pengetahuan capaian. Model
mental nampak lebih dari sekedar peta struktural dari berbagai komponen.
Terdapat
beberapa komponen dalam model mental antara lain :
a.
Structural
knowledge
Merupakan pengetahuan tentang konsep
struktur domain pengetahuan dan diukur melalui jaringan dan peta atau
lingkaran-lingkaran konsep. Metode ini berasumsi bahwa pengetahuan dapat
dibentuk menggunakan simbol.
b.
Performance
knowledge
Bertujuan untuk menilai pengetahuan
capaian dimana pebelajar diberi tugas-tugas pemecahan masalah untuk menguji
kesan visual mereka.
c.
Reflective
knowledge
Disini pebelajar bisa menunjukkan
kepada yang lain bagaimana cara melaksanakan suatu tugas tertentu. Dengan cara
ini, pebelajar pertama harus membuat daftar perintah, deskripsi tugas dan
diagram alur untuk menmguji gambaran mentalnya.
d.
Image of
system
Merupakan kenyataan dari model
pebelajar yang khas dinilai dengan meminta pebelajar untuk mengartikulasikan
dan memvisualisasikan bentuk-bentuk fisik.
e.
Metaphor
Seperti juga gambar-gambar,
pembelajar akan sering menghubungkan sistem baru dengan pengetahuan ada
sehingga dapat dilihat orang lain.
f.
Executive
knowlegde
Bertujuan untuk memecahkan
permasalahan, pembelajar harus mengetahui kapan mengaktifkan dan menerapkan sumber
daya kognitif yang diperlukan.
2.
The Cognitif
Apprenticeship Model (Model Belajar Magang Kognitif)
Cognitive
apprenticeship is based on various conditions for learning, for example :
learning takes place within a context of meaningfull, ongoing activities with a
need for learners to receive immediate feedback on their success; other people
can and do serves oa models for imitative learning and provide structure to and
connections betwen learners’ experiences; the concept of learning being fungtional;
and the idea that the need for and purpose for learning are often explicitly
stated (Jolliffe dkk, 2001: 23).
Model
belajar magang kognitif berdasarkan pada berbagai kondisi-kondisi belajar misalnya
belajar berlangsung dalam konteks aktivitas yang berkelanjutan, penuh arti
dimana pembelajar perlu menerima umpan balik segera. Orang lain dapat bertindak
sebagai model-model yang menyediakan bentuk yang dihubungkan dengan pengalaman
pembelajar; konsep belajar fungsional dengan tujuan belajar yang tegas.
Model
belajar magang tradisional biasanya memberi peluang untuk latihan.
Karakteristik model belajar ini antara lain: gagasan bahwa pekerjaan adalah
daya penggerak, dan penguasaan progresif terhadap tugas-tugas dihargai sebagai
nilai penyelesaian pekerjaan; ketrampilan-ketrampilan tertentu diawali dengan
belajar tugas; belajar dipusatkan pada capaian (perfomance) dan kemampuan untuk
melakukan sesuatu; dan standar pencapaian diaktualisasikan dalam pekerjaan
nyata.
Sesuatu yang
dapat dijadikan teladan dalam metodologi belajar tradisional yakni menyediakan
satu dasar pijakan untuk penggunaan model belajar magang kognitif dalam
pengembangan materi print dan Web-based. Model ini mengabaikan perbedaan-perbedaan
antara pendidikan dan pelatihan dan membantu pembelajar untuk menjadi seorang
ahli
1. Model Pengembangan E-Learning Dengan
Pendekatan Knowledge Management
Knowledge Management (KM) dapat
didefiniskan sebagai satu set (himpunan) intervesi orang, proses dan tool (teknologi)
untuk mendukung proses pembuatan, pembau-ran, penyebaran dan penerapan
pengetahuan. Pembuatan pengetahuan adalah proses perbaikan atau penambahan
potongan-potongan pengetahuan tertentu selama proses pembelajaran terjadi
melalui pengalaman. Pembauran pengetahuan merupakan proses pengumpulan,
penyimpanan dan penyortiran dari pengetahuan yang dikembangkan dengan
pengetahuan yang dimiliki. Penyebaran pengetahuan adalah proses pengambilan dan
pendistribusian pengetahuan untuk dipergunakan dalam proses pembelajaran yang
lain. Penerapan pengetahuan merupakan proses pemanfaatan pengetahuan yang ada
untuk membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi. Pengetahuan dikembangkan
dalam proses pengalaman, seperti problem-solving, projek atau tugas.
2. Model
Pengembangan E-Learning Dengan Pendekatan Moodle.
Moodle adalah
sebuah nama untuk sebuah program aplikasi yang dapat merubah sebuah media
pembelajaran ke dalam bentuk web. Aplikasi ini memungkinkan siswa untuk masuk
ke dalam ruang kelas digital untuk mengakses materi-materi pembelajaran. Dengan
menggunakan moodle, kita dapat membuat materi pembelajaran, kuis, jurnal
elektronik dan lain-lain. Moodle itu sendiri adalah singkatan dari Modular
Object Oriented Dynamic Learning Environment.
Berbagai
bentuk materi pembelajaran dapat dimasukkan dalam aplikasi moodle ini.
Berbagai sumber dapat ditempelkan sebagai materi pembelajaran. Naskah tulisan
yang ditulis dari aplikasi pengolah kata Microsoft Word, materi presentasi yang
berasal dari Microsoft Power Point, Animasi Flash dan bahkan materi dalam
format audio dan video dapat ditempelkan sebagai materi pembelajaran. resource
Berikut ini
beberapa aktivitas pembelajaran yang didukung oleh Moodle adalah sebagai
berikut (1) Assignment. Fasilitas ini digunakan untuk memberikan
penugasan kepada peserta pembelajaran secara online. Peserta pembelajaran dapat
mengakses materi tugas dan mengumpulkan hasil tugas mereka dengan mengirimkan
file hasil pekerjaan mereka, (2) Chat. Fasilitas ini digunakan untuk
melakukan proses chatting (percakapan online). Antara pengajar dan
peserta pembelajaran dapat melakukan dialog teks secara online, (3) Forum. Sebuah
forum diskusi secara online dapat diciptakan dalam membahas suatu materi
pembelajaran. Antara pengajar dan peserta pembelajaran dapat membahas
topik-topik belajar dalam suatu forum diskusi, (4) Kuis. Dengan
fasilitas ini memungkinkan untuk dilakukan ujian ataupun test secara online,
(5) Survey. Fasilitas ini digunakan untuk melakukan jajak pendapat.
Strategi
pengembangan model e-learning perlu dirancang secara cermat sesuai
tujuan yang diinginkan. Jika disepakati bahwa e-learning di dalamnya
juga termasuk pembelajaran berbasis internet. Ada tiga kemungkinan dalam
strategi pengembangan sistem pembelajaran berbasis internet, yaitu web
course, web centric course, dan web enhanced course (Haughey, 1998).
Pembelajaran yang hanya dilakukan di
kelas memiliki beberapa kelemahan, di antaranya sumber belajar terbatas,
pembelajaran kurang efektif, dan tidak mampu mengakomodasi gaya dan kecepatan
belajar siswa. Gaya belajar adalah suatu cara atau strategi seseorang dalam mengelola
informasi. Kelemahan tersebut dapat diatasi dengan memanfaatkan perkembangan
teknologi yang semakin maju dengan
mengembangkan media pembelajaran yang dapat mengakomodasi perbedaan gaya
dan kecepatan belajar siswa. terlebih lagi dalam pembelajaran kimia sangat
diperlukan media agar materi kimia yang cenderung susah dipahami oleh siswa
dapat terbantu dengan adanya media yang mendukung. Oleh karena itu
diperlukan sebuah media yang mampu memberikan nuansa baru dalam pembelajaran,
memberikan beragam sumber belajar yang dapat diakses setiap saat oleh siswa,
sehingga mampu mengakomodasi gaya dan kecepatan belajar siswa.
Salah satu alternatif yang diajukan
adalah dengan mengembangkan media pembelajaran berbasis learning management
system (LMS) dengan memanfaatkan kemajuan teknologi di bidang internet.
Learning Management System (LMS) atau yang juga dikenal sebagai Virtual Learning Environtment (VLE) adalah
suatu pengelolaan pembelajaran yang mempunyai fungsi untuk memberikan sebuah
materi, mendukung kolaborasi, menilai kinerja siswa, merekam data peserta
didik, dan menghasilkan laporan yang berguna untuk memaksimalkan efektivitas
dari sebuah pembelajaran (Yasar dan Adiguzel, 2010). LMS biasanya dikembangkan
dalam sistem berbasis web. Penggunaan teknologi web ini dalam suatu program
pendidikan memberikan dukungan kepada guru atau pengajar untuk mencapai tujuan
pedagogis siswa, mengatur isi kursus, dan mendukung sarana belajar siswa pada
akhirnya (Cigdemoglu et al, 2011).
Media pembelajaran berbasis learning
management system menjadi salah satu solusi yang bisa dipakai dalam proses
pembelajaran. Beberapa alasan menggunakan media pembelajaran ini adalah(a)
terjadi peningkatan efektivitas pembelajaran dan prestasiakademik siswa, (b)
menambah kenyamanan, (c) menarik lebih banyak perhatian siswa kepada materi
yang disampaikan dalam pembelajaran, (d) dapat diterapkan dengan berbagai
tingkat dan model pembelajaran, dan (e) dapat menambah waktu pembelajaran
dengan memanfaatkan teknologi dunia maya.Media pembelajaran berbasis LMS sangat
berguna dalam menyediakan lingkungan/suasana belajar yang lengkap bagi siswa,
karena penuh dengan penyediaan dokumen yang terkait modul dalam format
elektronik, kesempatan untuk saling belajar bersama-sama,dan kesempatan untuk
menyerahkan semua penilaian sumatif secara elektronik. Alasan lain yang
mendukung perspektif tersebut adalah bahwa setiap siswa memiliki akses ke semua
konten pembelajaran, memiliki fleksibilitas waktu dan momen yang paling cocok
untuk kebutuhan siswa dalam belajar, dapat belajar dengan kemampuan kecepatan
belajar masing-masing, dan berpartisipasi dalam kesempatan belajar yang
interaktif (Alberst et al, 2007:55-56; Kose, 2010:2796).
Daftar
Pustaka
Alberts, P. P., Murray, L. A.,
Griffin, D. K., & Stephenseon, J. E. 2007. Blended Learning: Beyond Web Page Design for the Delivery of
Content. Dalam Joseph Fong & Fu Lee Wang (Eds.), Prosiding Workshop on
Blended Learning (hlm. 53-65), Edinburgh, 15-17 Agustus 2007.
Cigdemoglu, C., Arslan, H. O.,
& Akay, H. 2011. A Phenomenological
Study of Instructors’ Experiences on an Open Source Learning Management System.
Procedia Social and Behavioral Sciences, 28: 790-795
Jolliffe, Alan, Jonathan Riter
& David Stevens. (2001). The Online Learning Hand Book Developing
and Using Web-Based Learning. USA . Kogan Page.