PRINSIP DASAR MULTIMEDIA PEMBELAJARAN
Hofstetter sebagaimana dikutip oleh
Suyanto menyatakan bahwa terdapat empat komponen penting dalam multimedia.
Empat komponen tersebut adalah: (a) komputer, yang berfungsi untuk mengkoordinasikan
apa yang dilihat dan didengar, serta berinteraksi dengan user; (b) link, yang
menghubungkan user dengan informasi yang ada dalam program multimedia; (c) alat
navigasi, yang berguna untuk memandu user dalam menjelajah informsi; (d) ruang
untuk mengumpulkan, memproses, dan mengkomunikasikan gagasan user (2003: 52).
Empat komponen multimedia yang
disebutkan oleh Hofstetter di atas merupakan bentuk dari adanya interaktivitas
dalam multimedia. Interaktivitas merupakan pusat perhatian utama dalam desain
seting media pembelajaran seperti computer assisted instruction (CAI), computer
assisted learning (CAL), dan online learning environments (Hsinyi
Peng: 2008).
Perangkat multimedia yang berbasis
komputer dibedakan menjadi perangkat keras dan perangkat lunak. Perangkat keras
multimedia terdiri dari empat unsur utama yaitu: input unit, central
processing unit, memory, dan output unit. Unit input adalah
bagian penerima dan memasukkan data maupun instruksi. Central Processing
Unit (CPU) berperan melaksanakan dan mengatur instruksi, termasuk
menghitung dan membandingkan. Memory atau storage merupakan
bagian yang berfungsi untuk menyimpan informasi. Sedangkan unit output
berfungsi sebagai penyaji informasi.
Jenis-Jenis Multimedia
Berbasis Komputer
Rob Philips mengemukakan bahwa
multimedia yang berbasis komputer terdiri dari multimedia interkatif dan
multimedia yang tidak interaktif (1993: 8). Interaktif maksudnya pengguna dapat
mengontrol pengoperasian program sesuai dengan yang dikehendaki, sedangkan yang
tidak interaktif adalah sebaliknya.
Multimedia interaktif dapat
dibedakan menjadi multimedia interaktif of line dan on line.
Multimedia interaktif of line adalah program multimedia yang tidak
terkoneksi dengan internet, hanya beroperasi pada komputer stand alone.
Sedangkan multimedia interaktif on line adalah program multimedia yang
terkoneksi dengan jaringan internet atau sering disebut dengan istilah hypermedia.
Sims mendeskripsikan bahwa
dalam lingkungan belajar online yang interaktif, kontrol terhadap peserta
didik melalui komunikasi aktif berupa pemberian umpan balik merupakan komponen
interaktivitas yang esensial. Dalam konsep pendidikan jarak jauh, interaksi
merupakan aspek yang penting jika kualitas pendidikan jarak jauh ingin
diwujudkan (Wilson: 2004).
Berdasarkan tingkat
interaktivitasnya, multimedia dibedakan menjadi multimedia interaktif tingkat
operator dan multimedia interaktif tingkat kreator. Interaksi yang terjadi pada
tingkat operator, pengguna hanya bisa memilih atau menentukan menu-menu atau
perintah yang tersedia. Sedangkan pada multimedia interaktif tingkat kreator,
pengguna dapat memanfaatkan program untuk berkreasi sesuai dengan materi
yang ada di dalamnya (Wang Qiyun & Cheung Wing Sum, 2003: 218).
Berdasarkan bentuk program
pembelajaran yang dikembangkan, multimedia interaktif dibedakan menjadi: (a) drill
and practice; (b) tutorial; (c) simulation; (d) game;
dan (e) problem solving (Heinich: 1996: 9-12). Muirhead (2001),
mendefinisikan interaktif sebagai komunikasi, partisipasi, dan umpan
balik yang membantu siswa dan guru untuk berinteraksi secara aktif. Multimedia
pembelajaran hendaknya memiliki tingkat interaktivitas yang tinggi, agar proses
pembelajaran mandiri berlangsung dinamis.
Berkaitan dengan jenis multimedia,
program multimedia yang akan dikembangkan oleh peneliti adalah multimedia
interkatif yang bersifat on line, dan dari segi bentuknya berupa
multimedia yang berisi tutorial dan problem solving.
Prinsip Pengembangan
Multimedia Pembelajaran
Beberapa prinsip yang harus
diperhatikan dalam pengembangan media pembelajaran meliputi: prinsip kesiapan
dan motivasi, penggunaan alat pemusat perhatian, pengulangan, partisipasi aktif
peserta didik, dan umpan balik (Abdul Gafur, 2007: 20-22)
Penggunaan alat pemusat perhatian
dalam media pembelajaran dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi peserta didik
untuk fokus terhadap materi pelajaran. Hal ini membantu konsentrasi peserta
didik dalam memahami isi pelajaran sehingga penguasaan mereka menjadi lebih
baik.
Informasi atau keterampilan baru
jarang sekali dapat dikuasai secara maksimal hanya dengan satu kali proses
belajar. Agar penguasaan terhadap informasi atau keterampilan baru tersebut
dapat lebih optimal, maka perlu dilakukan bebrapa kali pengulangan. Prinsip
pengulangan ini harus diperhatikan dalam mengembangkan media pembelajaran.
Proses belajar mengajar akan lebih
berhasil manakala terjadi interaksi dua arah antara pengajar dan peserta didik.
Partisipasi aktif peserta didik dalam pembelajaran dapat meningkatkan pemahaman
dan penguasaan materi pelajaran. Oleh karena itu media pembelajaran yang
digunakan hendaknya mampu menimbulkan keterlibatan peserta didik secara aktif
(interaktif).
Prinsip-prinsip
tersebut di atas dapat diakomodasi dalam sebuah media pembelajaran berupa
multimedia pembelajaran interaktif dan web pembelajaran.
Prinsip-Prinsip Dasar
Multimedia untuk Pembelajaran
Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Richard E. Mayer (2001) menunjukan bahwa anak
didik kita memiliki potensi belajar yang berbeda-beda. Kini dunia pendidikan
makin maju, dapatkah modalitas belajar siswa yang berbeda-beda ini dibawa dalam
sebuah teknologi Multimedia? Menurut Mayer ada 12 prinsip desain multimedia
pembelajaran yang dapat diterapkan di Pembelajaran.
11 Prinsip Merancang Multimedia Pembelajaran, yaitu :
- Prinsip multimedia : siswa bisa belajar lebih baik dengan kata-kata dan gambar-gambar dibandingkan dengan hanya kata-kata atau gambar saja.
Dengan menambahkan ilustrasi pada teks atau
menambahkan animasi pada narasi maka akan membantu siswa lebih mendalami materi
atau penjelasan yang disajikan. Menyajikan penjelasan dengan kata-kata dan
gambar-gambar bisa menghasilkan pembelajaran lebih baik daripada menyajikan
dengan kata-kata saja. Saat kata-kata dan gambar disajikan secara bersamaan
siswa mempunyai kesempatan untuk mengkonstruksi model-model mental verbal dan
pictorial dan membangun hubungan diantara keduanya.
- Prinsip keterdekatan ruang : siswa bisa belajar lebih baik saat kata-kata dan gambar-gambar yang saling terkait disajikan saling berdekatan daripada saling berjauhan di halaman atau di layar.
Saat kata-kata dan gambar-gambar terkait saling berdekatan
di halaman (dalam buku) atau layar (dalam komputer) maka siswa tidak harus
menggunakan sumber-sumber kognitif secara visual mencari di halaman atau layar
itu. Siswa akan lebih bisa menangkap dan menyimpan materi bersamaan di dalam
memori kerja pada waktu yang sama.
- Prinsip keterdekatan waktu : siswa bisa belajar lebih baik saat kata-kata dan gambar-gambar yang terkait disajikan secara simultan (bersamaan) daripada bergantian.
Saat bagian narasi dan animasi yang terkait disajikan
dalam waktu bersamaan, akan lebih memungkinkan siswa untk bisa membentuk
representasi mental atas keduanya dalam memori kerja dalam waktu bersamaan. Hal
ini membuat siswa lebih bisa membangun hubungan mental antara representasi
verbal dan representasi visual. Jika waktu antara mendengar kalimat dan melihat
animasi relative pendek, maka siswa masih bisa membangun koneksi antara
kata-kata dan gambar. Jika mendengar keseluruhan narasi yang panjang dan
melihat keseluruhan animasi dalam waktu yang terpisah maka siswa kesulitan membangun
koneksi tersebut.
- Prinsip koherensi : siswa bisa belajar lebih baik saat kata-kata, gambar-gambar atau suara-suara ekstra dibuang.
Prinsip koherensi bisa dipecah menjadi tiga versi yang
saling melengkapi : (1) pembelajaran siswa terganggu jika kata-kata dan
gambar-gambar menarik namun tidak relevan ditambahkan ke presentasi multimedia.
(2) pembelajaran siswa terganggu jika terdapat suara dan music yang menarik
namun tidak relevan, (3) pembelajaran siswa akan meningkat jika kata-kata yang
tidak diperlukan disingkirkan. Gambar-gambar dan kata-kata yang menarik tapi
tidak relevan bisa mengalihkan perhatian siswa dari isi materi yang penting,
dan bisa mengganggu proses penataan materi. Dalam penyajian materi melalui
multimedia siswa cenderung bisa belajar lebih banyak dan mendalam jika materi
disajikan secara lebih ringkas. Oleh karena memori kerja otak pada manusia itu
terbatas maka harus difokuskan pada materi yang penting.
- Prinsip modalitas : siswa bisa belajar lebih baik pada animasi dan narasi daripada animasi dan teks pada layar.
Jika gambar dan kata-kata bersama-sama disajikan
secara visual (yakni sebagai animasi dan teks) maka saluran visual/pictorial
yang bekerja ekstra sedangkan saluran lain (verbal) tidak berfungsi. Jika
kata-kata disajikan secara auditory maka kedua saluran akan berfungsi.
- Prinsip redundansi : siswa bisa belajar lebih baik dari animasi dan narasi daripada dari animasi, narasi, dan teks pada layar.
Jika kata-kata dan gambar-gambar disajikan secara
visual maka saluran visual akan kelebihan beban. Jika animasi berisi narasi
yang padat, maka sebaiknya tidak menambahkan teks yang hanya mengulang
kata-kata dari narasi. Keterbatasan kapasitas memori
kerja menghalangi individu untuk memproses banyak elemen informasi secara
langsung. Informasi akan terserap secara lebih baik bila format desain pesannya
tidak membebani perhatian mereka karena sumber-sumber ganda yang saling memasok
informasi (Pranata. 2010).
- Prinsip perbedaan individual : pengaruh desain lebih kuat terhadap siswa berpengetahuan rendah daripada berpengetahuan tinggi, dan terhadap siswa berkemampuan spasial tinggi daripada berspasial rendah.
Siswa yang berpengetahuan lebih tinggi bisa
menggunakan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya untuk mengkompensasi atas
kurangnya petunjuk dalam presentasi. Siswa yang berpengetahuan rendah kurang
bisa melakukan pemrosesan kognitif yang berguna saat presentasinya kurang
petunjuk. Siswa yang memiliki kemampuan spasial yang tinggi memiliki kapasitas
kognitif untuk secara mental memadukan reprentasi verbal dan visual dari
presentasi multimedia yang ada. Siswa yang berspasial rendah harus mengerahkan
kapasitas kognitif yang begitu banyak untuk memahami apa yang disajikan.
8. Prinsip Interaktivitas
Orang belajar lebih baik ketika ia dapat mengendalikan sendiri apa yang sedang
dipelajarinya (manipulatif: simulasi, game,
branching).Sebenarnya,
orang belajar itu tidak selalu linier alias urut satu persatu. Dalam
kenyataannya lebih banyak loncat dari satu hal ke hal lain. Oleh karena itu,
multimedia pembelajaran harus memungkinkan user/pengguna dapat mengendalikan
penggunaan daripada media itu sendiri. dengan kata lain, lebih manipulatif
(dalam arti dapat dikendalikan sendiri oleh user) akan lebih baik. Simulasi,
branching, game, navigasi yang konsisten dan jelas, bahasa yang komunikatif, dan
lain-lain akan memungkinkan tingkat interaktivitas makin tinggi.
9.Prinsip Sinyal (cue, highlight,)
Orang belajar lebih baik ketika kata-kata, diikuti dengan cue, highlight,
penekanan yang relevan terhadap apa yang disajikan. Kita bisa memanfaatkan
warna, animasi dan lain-lain untuk menunjukkan penekanan, highlight atau pusat
perhatian (focus of interest). Karena itu kombinasi penggunaan media yang
relevan sangat penting sebagai isyarat atau kata keterangan yag memperkenalkan
sesuatu.
10.Prinsip
Praktek
Interaksi adalah hal terbaik untuk
belajar,kerja praktek dalam memecahkan masalah dapat meningkatkan cara belajar
dan pemahaman yang lebih mendalam tentang materi yang sedang dipelajari.
11.Pengandaian
Menjelaskan materi dengan audio meningkatkan belajar. Siswa belajar lebih
baik dari animasi dan narasi, daripada dari animasi dan teks pada layar.
Kesimpulannya penggunaan
multimedia (kombinasi antara teks, gambar, grafik, audio/narasi,
animasi, simulasi, video) secara efektif untuk mengakomodir perbedaan modalitas
belajar
Terdapat lima tahap dalam merancang
multimedia pembelajaran yaitu memilih kata – kata yang relevan dengan teks atau
narasi yang tersaji, memilih gambar – gambar yang relevan dengan illustrasi
yang tersaji, mengatur kata – kata yang terpilih tersebut ke dalam representasi
verbal yang koheren, mengatur gambar – gambar yang terpilih tersebut ke dalam
representasi visual yang koheren, dan memadukan representasi verbal dan
representasi visual tersebut dengan pengetahuan – pengetahuan sebelumnya.
Prinsip-prinsip Penggunaan Media Pembelajaran
Prinsip pokok yang harus diperhatikan dalam
penggunaan media pada setiap kegiatan belajar mengajar adalah bahwa media
digunakan dan diarahkan untuk mempermudah siswa belajar dalam upaya memahami
materi pelajaran. Dengan demikian, penggunaan media harus dipandang dari sudut
kebutuhan siswa. Hal ini perlu ditekankan sebab sering media dipersiapkan hanya
dilihat dari sudut kepentingan guru. Contohnya, oleh karena guru kurang
menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan, maka guru persiapkan media OHT,
dan oleh sebab OHT digunakan untuk kepentingan guru, maka transparansi tidak
didesain dengan menggunakan prinsip-prinsip media pembelajaran, melainkan
seluruh pesan yang ingin disampaikan dituliskan pada transparan hingga
menyerupai Koran (Arisandi, 2011).
Ketika suatu media akan dipilih dan
dipergunakan, saat itulah beberapa prinsip perlu pendidik perhatikan dan
dipertimbangkan dengan baik dan tepat. Keberhasilan penggunaan media
pembelajaran tergantung dari beberapa faktor, seperti proses kognitif dan
motivasi belajar siswa. Oleh karena itu para ahli mengajukan prinsip-prinsip
kelayakan media pembelajaran sehingga menghasilkan media pembelajaran yang
efektif. Drs. Sudirman N. (1991) mengemukakan beberapa prinsip pemilihan media
pengajaran yang dibaginya ke dalam tiga kategori, sebagai berikut:
1.
Tujuan Pemilihan
Memilih media yang akan digunakan harus
berdasarkan maksud dan tujuan pemilihan yang jelas. Apakah pemilihan media itu
untuk pembelajaran (siswa belajar), untuk informasi yang bersifat umum, maupun
untuk sekedar hiburan saja mengisi waktu kosong? Lebih spesifik lagi, apakah untuk
pengajaran kelompok atau individual, apakah untuk sasaran tertentu seperti anak
TK, SD, SMP, SMU, tuna rungu, tuna netra, masyarakat pedesaan, ataukah
masyarakat perkotaan. Tujuan pemilihan ini berkaitan dengan kemampuan berbagai
media.
2.
Karakteristik Media Pengajaran
Setiap media mempunyai karakteristik
tertentu, baik dilihat dari segi keampuhannya, cara pembuatannya, maupun cara
penggunaanya. Memahami karakteristik berbagai media pengajaran merupakan
kemampuan dasar yang harus dimiliki guru dalam kaitannya dengan keterampilan
pemilihan media pengajaran. Di samping itu, memberikan kemungkinan pada guru
untuk menggunakan berbagai jenis media pengajaran secara bervariasi. Sedangkan
apabila kurang memahami karakteristik media tersebut, guru akan dihadapkan
kepada kesulitan dan cenderung bersikap spekulatif.
3.
Alternatif Pilihan
Memilih pada hakikatnya adalah proses
membuat keputusan dari berbagai alternatif pilihan. Guru bisa menentukan
pilihan media mana yang akan digunakan apabila terdapat beberapa media yang
dapat diperbandingkan. Sedangkan apabila media pengajaran itu hanya ada satu,
maka guru tidak bisa memilih, tetapi menggunakan apa adanya.
Dalam menggunakan media hendaknya guru
memperhatikan sejumlah prinsip tertentu agar penggunaan media tersebut dapat
mencapai hasil yang baik. Prinsip-prinsip itu menurut Dr. Nana Sudjana (1991:
104) adalah:
1.
Menentukan jenis media dengan tepat; artinya, sebaiknya guru memilih
terlebih dahulu media manakah yang sesuai dengan tujuan dan bahan pelajaran
yang akan diajarkan.
2.
Menetapkan dan memperhitungkan subjek dengan tepat; artinya, perlu
diperhitungkan apakah penggunaan media itu sesuai dengan tingkat
kematangan/kemampuan anak didik.
3.
Menyajikan media dengan tepat; artinya, teknik dan metode penggunaan
media dalam pengajaran haruslah disesuaikan dengan tujuan, bahan metode, waktu
dan sarana yang ada.
4.
Menempatkan atau memperlihatkan media pada waktu, tempat dan situasi
yang tepat. Artinya, kapan dan dalam situasi mana pada waktu mengajar media
digunakan. Tentu tidak setiap saat atau selama proses belajar mengajar
terus-menerus memperlihatkan atau menjelaskan sesuatu dengan media pengajaran.
Keempat prinsip ini hendaknya diperhatikan
oleh guru pada waktu ia menggunakan media pengajaran. Sedangkan Ibrahim (1991:
24) menyatakan beberapa pedoman yang dapat digunakan untuk memilih media
pembelajaran, antara lain:
1.
Sebelum memilih media pembelajaran, guru harus menyadari bahwa tidak ada
satupun media yang paling baik untuk mencapai semua tujuan. masing-masing media
mempunyai kelebihan dan kelemahan. penggunaan berbagai macam media pembelaiaran
yang disusun secara serasi dalam proses belajar mengajar akan mengefektifkan
pencapaian tujuan pembelajaran.
2. Pemilihan
media hendaknya dilakukan secara objektif, artinya benar-benar digunakan dengan
dasar pertimbangan efektivitas belajar siswa, bukan karena kesenangan guru atau
sekedar sebagai selingan.
3. Pemilihan
media hendaknya memperhatikan syarat-syarat sebagai berikut:
a. Sesuai dengan tujuan pembelajaran yang
akan dicapai,
b.
Ketersediaan bahan media,
c.
Biaya pengadaan, dan
d.
Kualitas atau mutu teknik.
Jadi dapat disimpulkan bahwa
prinsip-prinsip pemilihan media pembelajaran adalah (1) media yang dipilih
harus sesuai dengan tujuan dan materi pelajaran, metode mengajar yang digunakan
serta karakteristik siswa yang belajar (tingkat pengetahuan siswa, bahasa
siswa, dan jumlah siswa yang belajar); (2) untuk dapat memilih media dengan
tepat, guru harus mengenal ciri-ciri dari setiap media pembelajaran; (3)
pemilihan media pembelajaran harus berorientasi pada siswa yang belajar,
artinya pemilihan media untuk meningkatkan efektivitas belajar siswa; (4)
pemilihan media harus mempertimbangkan biaya pengadaan, ketersediaan bahan
media, mutu media, dan lingkungan fisik tempat siswa belajar; (5) menempatkan
atau memperlihatkan media pada waktu, tempat dan situasi yang tepat.
saya ingin menambahkan ,Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengembangan media pembelajaran meliputi: prinsip kesiapan dan motivasi, penggunaan alat pemusat perhatian, pengulangan, partisipasi aktif peserta didik, dan umpan balik (Abdul Gafur, 2007: 20-22).
BalasHapusPrinsip kesiapan dan motivasi menekankan bahwa kesiapan dan motivasi peserta didik untuk menerima informasi pembelajaran sangat berpengaruh terhadap keberhasilan proses belajar mengajar. Kesiapan peserta didik mencakup kesiapan pengetahuan prasyarat, kesiapan mental, dan kesiapan fisik. Motivasi merupakan dorongan untuk melakukan atau mengikuti kegiatan belajar. Motivasi tersebut dapat berasal dari dalam diri maupun dari luar diri peserta didik (Abdul Gafur, 2007: 20).