TEORI PEMPROSESAN INFORMASI
BERBANTUAN MEDIA
Pengertian
Teori Pemrosesan Informasi
Shuell dalam
Schunk menyebutkan bahwa teori-teori pengolahan informasi memfokuskan perhatian
pada bagaimana orang memperhatikan peristiwa-peristiwa lingkungan, mengkodekan
informasi-informasi untuk dipelajari, dan menghubungkannya dengan pengetahuan
yang ada dalam memori, menyimpan pengetahuan yang baru dalam memori, dan
menariknya kembali ketika dibutuhkan. Information processing model memandang
memori manusia itu seperti sebuah komputer yang mengambil atau mendapatkan
informasi, mengelolanya, mengubahnya baik bentuk dan isi, kemudian
menyimpannya, dan menghadirkan kembali pada saat dibutuhkan. Dari pengertian
tersebut dapat dikatakan bahwa teori pemrosesan informasi merupakan model dalam
teori kognitivisme yang mencoba menjelaskan kerja memori manusia dalam
memperoleh, menyandikan, dan mengingat informasi.
Teori
pemrosesan informasi adalah teori kognitif tentang belajar yang menjelaskan
pemrosesan, penyimpanan, dan pemanggilan kembali pengetahuan dari otak (Slavin,
2000). Teori ini menjelaskan bagaimana seseorang memperoleh sejumlah informasi
dan dapat diingat dalam waktu yang cukup lama. Oleh karena itu perlu menerapkan
suatu strategi belajar tertentu yang dapat memudahkan semua informasi diproses
di dalam otak melalui beberapa indera.
Pemrosesan informasi itu sendiri
secara sederhana
dapat diartikan suatu proses yang terjadi pada peserta didik untuk mengolah
informasi, memonitornya, dan menyusun strategi berkenaan dengan informasi
tersebut dengan inti pendekatannya lebih kepada proses memori dan cara
berpikir. Dalam teori pemrosesan informasi, terdapat beberapa model mengajar
yang akan mendorong pengembangan pengetahuan dalam diri siswa dalam hal
mengendalikan stimulus yaitu mengumpulkan dan mengorganisasikan data, menyadari
dan memecahkan masalah, mengembangkan konsep sehingga mampu menggunakan lambang
verbal dan non verbal dalam penyampaiannya. Bahkan orientasi utama pada
modelnya mengarah kepada kemampuan siswa dalam mengolah, menguasai
informasi sehingga dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan yang berkaitan dengan
ilmu pengetahuan yang akan didapatkannya.
Model belajar
pemrosesan informasi ini sering pula
disebut model kognitif information processing, karena dalam
proses belajar ini tersedia tiga taraf struktural
sistem informasi, yaitu:
1.
Sensory
atau intake register: informasi masuk
ke sistem melalui sensory register, tetapi
hanya disimpan untuk periode waktu
terbatas. Agar tetap dalam sistem, informasi
masuk ke working memory yang digabungkan dengan
informasi di long-term memory.
2.
Working memory: pengerjaan
atau operasi informasi berlangsung di working memory, dan
di sini berlangsung berpikir yang sadar.
Kelemahan working memory sangat terbatas
kapasitas isinya dan memperhatikan sejumlah kecil
informasi secara serempak
3.
Long-term memory, yang secara potensial tidak terbatas
kapasitas isinya sehingga mampu menampung seluruh informasi yang
sudah dimiliki peserta didik. Kelemahannya adalah betapa
sulit mengakses informasi yang tersimpan di dalamnya.
Sebagai
contoh, suatu paparan tentang bagaimana sistem sesuatu alat bekerja dapat
dipresentasikan melalui teks tertulis dalam buku atau melalui teks di layar
komputer (dua media yang berbeda), dalam bentuk rangkaian kata-kata atau
kombinasi kata-kata dan gambar (dua desain pesan yang berbeda), atau dalam
bentuk kata-kata tertulis atau lisan (dua sensorik yang berbeda). Sebenarnya
istilah desain pesan mengacu pada proses manipulasi, atau rencana manipulasi
dari sebuah pola tanda yang memungkinkan untuk mengkondisi
pemerolehan informasi. Penelitian telah menemukan bukti bahwa desain
pesan yang berbeda pada multimedia instruksional mempengaruhi kualitas
performansi.
Menurut
model tingkat pemrosesan, berbagai stimulus informasi diproses dalam berbagai
tingkat kedalaman secara bersamaan bergantung kepada karakternya. Semakin
dalam suatu
informasi diolah, maka informasi tersebut akan semakin lama diingat. Sebagai
contoh, informasi yang mempunyai imaji visual yang kuat atau banyak berasosiasi
dengan pengetahuan yang telah ada akan diproses secara lebih dalam. Demikian
juga informasi yang sedang diamati akan lebih dalam diproses daripada stimuli
atau kejadian lain di luar pengamatan. Dengan kata lain, manusia akan lebih
mengingat hal-hal yang mempunyai arti bagi dirinya atau hal-hal yang menjadi
perhatiannya karena hal-hal tersebut diproses secara lebih mendalam daripada
stimuli yang tidak mempunyai arti atau tidak menjadi perhatiannya.Ada bebrapa
pembagian teori menurut beberapa ahli dalam teori pemprosesan informasi antara
lain sebagai berikut:
1.Teori Pemprosesan
Informasi Atkinson
Dalam model pemrosesan informasi yang dikembangkan
oleh Atkinson & Shiffrin, kognisi manusia dikonsepkan sebagai suatu labor
yang terdiri dari tiga bagian, yaitu masukan (input), proses dan keluaran
(output). Informasi dari dunia sekitar merupakan masukan bagi labor. Stimulasi
dari dunia sekitar ini memasuki reseptor memori dalam bentuk penglihatan,
suara, rasa, dan sebagainya. Selanjutnya, input diproses dalam otak. Otak
mengolah dan mentransformasikan informasi dalam berbagai cara. Proses ini
meliputi pengkodean ke dalam bentuk-bentuk simbolis, membandingkan dengan informasi
yang telah diketahui sebelumnya, menyimpan dalam memori, dan mengambilnya bila
diperlukan. Akhir dari proses ini adalah keluaran, yaitu perilaku manusia,
seperti berbicara, menulis, interaksi labor, dan sebagainya (Vasta, dkk., 1992 ).
2. Teori
Pemrosesan Informasi dari Robert Gagne
Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa
pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan.
Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. Menurut Gagne bahwa
dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah
sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan
informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan
kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri
individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang
terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari
lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran. Agar kondisi
eksternal itu lebih bermakna sebaiknya diorganisasikan dalam urutan persitiwa
pembelajaran (metode atau perlakuan). Selain itu, dalam usaha mengatur
kondisi eksternal dierlukan berbagai rangsangan yang dapat diterima oleh panca
indra, yang dikenal dengan nama media dan sumber belajar.
Multimedia telah banyak digunakan dalam pembelajaran.
Menurut Istiyanto (2011), multimedia adalah media yang menggabungkan dua unsur
atau lebih yang terdiri dari teks,grafik, gambar, foto, audio, dan animasi
secara terin- tegrasi. Menurut Mayer (2009:3), multimedia didefini- sikan
sebagai presentasi materi dengan menggunakan kata-kata (verbal form) sekaligus
gambar-gambar.
Pembelajaran
berbantuan multimedia dapat diartikan sebagai aplikasi multimedia yang
digunakan dalam proses pembelajaran, untuk menyalurkan pesan (pengetahuan,
keterampilan dan sikap) serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian,
dan kemauan belajar sehingga terjadi proses belajar yang sesuai tujuan dan
terkendali (Istiyanto, 2011:12)
Berdasarkan
kondisi internal dan eksternal tersebut, Gagne menjelaskan bagaimana proses
belajar itu terjadi. Peristiwa belajar adalah persitiwa dengan urutan sebagai
berikut: menimbulkan minat dan memusatkan perhatian agar peserta didik siap
menerima pelajaran, menyampaikan tujuan pembelajaran agar pseerta didik tahu
apa yang diharapkan dala pembelajaran itu, mengingat kembali konsep/prinsip
yang telah dipelajari sebelumnya yang merupakan prasyarat, menyampaikan materi
pembelajaran, memebrikan bimbingan atau pedoman untuk belajar, membangkitkan
timbulnya unjuk kerja peserta didik, memberikan umpan balik tentang kebenaran
pelaksanaan tugas, mengukur/evaluasi belajar, dan memperkuat referensi dan
transfer belajar.
saya lukita sari ingin menambahkan sedikit tentang
BalasHapusKejadian-kejadian belajar itu akan diuraikan dibawah ini, yaitu:
1. Fase motivasi : siswa yang belajar harus diberi motivasi untuk memanggil informasi yang telah dipelajari sebelumnya.
2. Fase pengenalan : siswa harus memberikan perhatian pada bagian-bagian yang esensial dari suatu kejadian instruksional, jika belajar akan terjadi.
3. Fase perolehan : apabila siswa memperhatikan informasi yang relevan, maka ia telah siap untuk menerima pelajaran.
4. Fase retensi : informasi baru yang diperoleh harus dipindahkan dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang. Ini dapat terjadi melalui penggulangan kembali
5. Fase pemanggilan : pemanggilan dapat ditolong dengan memperhatikan kaitan-kaitan antara konsep khususnya antara pengetahuan baru dengan pengetahuan sebelumnya.
6. Fase generalisasi : biasanya informasi itu kurang nilainya, jika tidak dapat diterapkan diluar konteks di mana informasi itu dipelajari.
7. Fase penampilan : tingkah laku yang dapat diamati. Belajar terjadi apabila stimulus mempengaruhi individu sedemikan rupa sehingga performancenya berubah dari situasi sebelum belajar kepada situasi sesudah belajar.
8. Fase umpan balik : para siswa harus memperoleh umpan balik tentang penampilan mereka yang menunjukkan apakah mereka telah atau belum mengerti tentang apa yang diajarkan.
Tolong jelaskan apa saja kekurangan dan cara mengatasi kekurangan nya.
BalasHapus